Selamat Datang

Selamat Datang di Blog Ini Tempat Anda Berbagi Informasi.
Anda bisa Mengambil Data yang ada selagi Mencamtumkan Tempat Pengambilan.

Senin, 08 November 2010

Artikel Dakwah

Panggung Dakwah dan Globalisasi
Oleh: Adlan Sanur Th, M.Ag
(Dosen Pemikiran Islam STAIN Bukittinggi)

Secara tekstual sejak 14 abad yang lalu, al-Qur’an telah menegaskan bahwa Islam adalah ajaran universal yang misi kebenarannya melampaui batas-batas suku, etnis, bangsa dan bahasa. Oleh karenanya, berbagai seruan dalam al-Qur’an banyak sekali menggunakan ungkapan yang berciri kosmopolitan dan globalisme. Misalnya, banyak firman Allah yang dimulai dengan ungkapan, ” wahai manusia...” lebih dari itu, Islam sebagai agama penutup secara instrinsik jangkauan dakwahnya harus mendunia, bukan agama, suku, rasial, parokhial dan milik tempat tertentu seperti agama-agama lain yang ada di dunia. Islam memang diharapkan menjadi ajaran rahmatan lil ’alamin.
Secara historis sosiologis, baru pada abad sekarang ini umat Islam sadar bahwa Islam benar-benar tertantang memasuki panggung dakwah berskala global, yang antara lain disebabkan oleh revolusi teknologi transportasi dan komunikasi. Ketika sistem informasi dibantu satelit, seluruh bumi menjadi kecil. Dalam waktu yang bersamaan kita dapat memperoleh informasi dan gambar tentang peristiwa yang terjadi di belahan bumi. Dunia memang semakin modern dan maju. Peralatan yang dipakai manusia semakin canggih. Inilah yang oleh orang banyak menyebut era teknologi.
Manusia semakin mudah menggapai keinginan-keinginan dengan bantuan teknologi, khususnya teknologi komunikasi seperti televisi, radio, internet, telepon, faksimili, SMS dan media lainnya. Selanjutnya pada zaman ini bukan hal yang sulit untuk memindahkan atau bertukar budaya. Waktu dan jarak bukan lagi halangan. Berkomunikasi dengan manusia di belahan bumi lain bisa dilakukan secara langsung. Apa yang menjadi trend belahan bumi utara bisa saja sekejap langsung diikuti orang-orang di belahan bumi selatan. Bumi seolah menjadi kecil. Hari ini dia berada di negara A dan besoknya sudah berada di negara lain.
Menurut seorang Futurolog terkemuka asal Amerika Serikat, John Naisbit, era global serba teknologis seperti sekarang ini sering disebutnya dengan ” global lifestyle”. Tidak bisa ditepis peradaban di belahan bumi manapun akan terimbas oleh percepatan perubahan budaya global yang membawa pada apa yang disebut The Boundlessof The World (Dunia tanpa batas). Akselerasi tampaknya merambah begitu cepat di hampir semua aspek kehidupan, tak terkecuali di negara-negara Muslim sekalipun. Budaya global yang mengalami perkembangan amat dakhsyat adalah: food, fashion dan fun ( makanan, pakaian dan hiburan).
Secara teologis dan historis, kesadaran dan panggilan untuk berdakwah sudah terjadi sejak zaman dahulu. Dakwah yang dimulai dari sejak zaman Rasulullah SAW sampai dengan masa pertengahan. Memang untuk melihat kepemimpinan umat Islam yang memajukan peradaban umat manusia dan dakwah tidak bisa dilupakan sejarah. Dimana pada masa Islam telah mengalami puncak kejayaan bangsa Eropah masih jauh tertinggal dibelakang (baca mengalami masa kegelapan). Barat yang merupakan negara terbelakang telah mengalami kemajuan yang pesat padahal ketika mereka datang ke negeri Islam, mereka sangat terheran-heran dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban umat Islam.
Namun sejalan dengan sunnatullah, roda sejarah berputar. Orang selalu bercerita akan kemajuan negara eropah tersebut. Kalau ditelaah lebih jauh tanpa mengkebiri sejarah yang ada terdapat faktor-faktor obyektif yang menyebabkan dunia Islam mengalami kemerosotan perannya dalam kepemimpinan dunia salah satunya adalah kekalahan Islam dari segi dakwah. Banyak sekali orang eropah yang kita sebut dengan orang orientalis belajar agama Islam dan mengkaji Islam secara ilmiah kemudian menyampaikan hasil risetnya ke kalangan khalayak ramai jadi misi agama sejalan dengan misi menuntut ilmu atau misi misionaris dan misi ilmiah. Begitu juga bangsa Belanda yang menjajah kita sebahagian ada yang memabwa misi agama (Gospel) walaupun tidak jarang dari mereka juga masuk Islam karena melihat akan kelebihan Islam dan datangnya petunjuk Allah kepada mereka.
Dakwah Islam pada era globalisasi ini memang sangat berat. Tantangan globalisasi yang memunculkan paradigama dan kesibukan orang membuat seolah-olah dakwah tidak begitu diminati. Di sisi lain kadang-kadang yang lebih memprihatinkan orang mengikuti pengajian, wirid, ceramah agama karena ingin mencari hiburan. Ini memang sangat memprihatinkan karena dakwah dianggap salah satu alat penghibur disebabkan dakwah lebih banyak lucu dan ustaz pandai pula membuat lelucon. Berdakwah kalau tidak lucu-lucu tidak dianggap hebat bahkan yang bisa ditangkap oleh jemaah yang lucu-lucu tersebut. Jadilah dakwah tidak mengena sasaran atau tidak sarat materi.
Dari segi media yang digunakan tentunya berdakwah dalam ini tabligh mesti sudah saatnya memanfaatkan media teknologi yang sudah ada. Fasilitas yang ada seperti internet, pers dan media lainnya sudah saatnya dimanfaatkan oleh para ustaz, buya, kyai, faqih, malin, syaikh dan gelar da’i lainnya. Munculnya SMS al-Qur’an dan pesan dakwah melalui seluler memang sudah membuka jalan atau memulai dengan menggunakan teknologi. Sudah saatnya para ustaz punya laptop dan berdakwah dengan memakai media baik poto, film dan tayangan lainnya sehingga para jamaah yang beragam juga tidak bosan dan jenuh dengan pengajian yang diadakan. Namun tidak bisa dipungkiri masih ada juga masyarakat yang tetap bertahan dengan model tradisional yaitu halaqah. Hal ini juga tetap dilanjutkan.
Tantangan global yang muncul pada saat ini mau tidak mau mesti disikapi dan tidak bisa dihindari oleh siapapun termasuk para penda’i sebab dia akan berjalan dan masuk ke tengah-tengah masyarakat dalam berbagai bentuk. Baik dalam bentuk tontonan dan budaya. Jadi sejauhmana kemudian dakwah untuk bisa menfilter globalisasi tersebut dengan mengambil nilai-nilai positif dan menseleksi nilai-nilai negatif (baca membuang). Orang yang mampu untuk memanfaatkan teknologilah yang akan bisa menjangkau dan berdakwah di kalangan para pengguna teknologi tersebut. Banyak sebenarnya lahan-lahan dakwah yang belum tersentuh dan tergarap oleh para pendakwah kita. Berdakwah memang dibutuhkan keikhlasan dan kemauan. Tentu kalau ingin menjadikan dakwah sebagai profesi mesti siap memanfaatkan peluang dan tantangan zaman global ini.***
Tulisan Sudah Pernah di Muat di Harian Singgalang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar