Selamat Datang

Selamat Datang di Blog Ini Tempat Anda Berbagi Informasi.
Anda bisa Mengambil Data yang ada selagi Mencamtumkan Tempat Pengambilan.

Rabu, 10 November 2010

Artikel Dakwah

Dakwah yang Sejuk
Oleh: Adlan Sanur Th, M.Ag

Berdakwah sering dipahami oleh masyarakat sama dengan bertabligh atau berceramah atau mengaji walapun tidak bisa dipungkiri bahwa tabligh merupakan salah satu bagian dari metode dakwah. Setidaknya bagi kaum muslimin setiap sekali seminggu atau hari jumat umat Islam mendengarkan pengajian atau dakwah yang disebut dengan khutbah jumat.
Memang untuk menjadi seorang da’i bukanlah pilihan yang mudah. Selain punya keikhlasan juga mesti punya modal kemauan yang kuat. Oleh sebab itu keberhasilan seorang mubaligh dalam melaksanakan kegiatan dakwahnya akan sangat bergantung kepada kemampuannya dalam menguasai audiens dan penguasaannya terhadap materi. Kedua faktor ini disinyalir sebagai penentu keberhasilan dakwah.
Namun demikian, kegiatan profesi sebagai seorang mubaligh sering dipandang banyak orang sebagai ilmu dan seni. Ilmu dengan makna bahwa keterampilan yang bisa dipelajari dan dilatihkan, namun disisi lain, kemampuan berdakwah merupakan talenta yang sudah dibawa sejak lahir, tapi dapat dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan.
Sebagai masyarakat awam yang bertindak sebagai pendengar tentu kita membutuhkan dakwah yang sejuk ini yaitu dakwah yang bisa diterima oleh masyarakat dan sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah. Dakwah yang memakai bahasa yang santun sehingga zuq nya akan terasa bagi orang yang mendengarkan dan menimbulkan keinginan atau motivasi bagi yang mendengarkan untuk terus mencari dan menggali ilmu agama. Bukan dakwah yang mengedepankan emosi dan semangat berapi-api tanpa sarat akan muatan makna yang bisa diambil
Sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari agama memang dakwah merupakan sarana yang tepat untuk memberikan ketenangan dan kesejukan bagi umat sekaligus tempat untuk mencari contoh terhadap para penyampai. Sudah saatnya para ustaz, muballigh, buya dan para ahli agama lainnya untuk merenung dan mengkoreksi apakah dakwah kita sudah mengena pada masyarakat. Jangan-jangan orang mendengarkan pengajian adalah untuk mencari hiburan dan seremonial agama belaka. Kalau begitu wajarlah semakin banyak pengajian justru kejahatan, korupsi, maksiat dan perbuatan dosa semakin meraja lela. Wallahu a’lam.***
Tulisan ini Sudah Pernah di Muat di Harian Haluan Sumatera Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar