Selamat Datang

Selamat Datang di Blog Ini Tempat Anda Berbagi Informasi.
Anda bisa Mengambil Data yang ada selagi Mencamtumkan Tempat Pengambilan.

Rabu, 10 November 2010

Artikel Ulama

Ulama dan Misionaris
Oleh: Adlan Sanur Th*

Sejatinya peran ulama adalah memberi penjelasan kepada umat tentang berbagai soal aspek kehidupan, termasuk memperkuat keberadaan umat tidak saja dalam aspek agama, tetapi juga aspek sosial, politik, budaya dan bencana. Bahkan posisi ulama sangat diperlukan dalam kondisi umat tertekan sebagai penyejuk serta sitawa sidingin bagi umat yang ditimpa musibah. Ulama memang selayaknya tak hanya berada di masjid, tapi juga turun tangan membantu apapun yang terjadi ditengah-tengah umat.
Selain itu, posisi dan peran strategis yang bisa dimainkan ulama adalah menjadi perantara dalam menjelaskan atau memberi pemahaman tentang apa yang sedang berlangsung di tengah umatnya, sehingga umat akan mendapat informasi yang benar. Posisinya sebagai perantara antara dunia bawah (umat) dengan dunia di luarnya yang membuat ulama disebut sebagai makelar budaya atau cultural brokers.
Peran ulama sebagai makelar budaya ini semakin absah tatkala umat memandang sosok ulama sebagai orang yang mempunyai barakah, blessing. Dalam teoretisasi Max Weber, seseorang yang mempunyai barakah adalah orang yang berkarisma dan suci. Orang yang dianggap kudus dan punyak karakter serta sikap dalam mengambil setiap keputusan. Bila ulama telah memberikan fatwa dan terapi social tentu saja umat akan patuh dan mengikuti apa yang saja yang diajak oleh ulama.
Oleh karenanya karisma seorang ulama menempati kedudukan yang sangat tinggi di mata umat. Namun, kedududukan yang tinggi ini pula yang menyebabkan ulama selalu diminta atau tidak diminta untuk selalu bersama-sama dan bertanggungjawab dengan masyarakat. Ulama dan umat bersama-sama memikirkan jalan keluar serta win-win solution dari persoalan yang sedang mereka hadapi.
Ulama sudah sepatutnya berada dekat di sisi masyarakat, agar masyarakat merasa nyaman dan tidak mudah down atau kehilangan panduan. Pada kondisi sulit itu, masyarakat butuh pembimbing dan pengayom yang mengarahkan mereka agar mereka tetap stabil dengan keimanannya.
Berkaitan dengan gempa yang melanda masyarakat Sumatera Barat dan pasca gempa maka, dalam upaya tanggap darurat, penyelamatan korban dan mengembalikan mental korban, sangat dibutuhkan peran aktif ulama. Peran ini sudah dicoba oleh sebagian ulama, sayangnya peran mereka kadang-kadang mereka tidak didukung sepenuhnya oleh para umara.
Sehubungan dengan persoalan akan pentingnya ulama dalam mengayomi umat sejalan denga apa yang penulis tulis sebelumnya tentang adanya misionaris yang berkedok agama di Agam tentu saja dituntut banyak peran penting bagi umat. Walaupun penulis melihat sudah banyak hal yang dilakukan oleh ulama yang terhimpun dalam Majelis Ulama Indonesia. Penulis melihat para ulama turun secara bersama memberikan wejangan (dakwah) bagi masyarakat yang ditimpa musibah baik di Pariaman maupun di Agam sendiri.
MUI Bukittinggi sendiri bahkan pada hari Raya Idul Adha memberikan bantuan atau memotong hewan Qurban untuk masyarakat yang sedang ditimpa musibah. Ini tentu saja patut untuk diapresiasi. Namun tentu dalam persoalan adanya misionaris yang berkedok bantuan di Kabupaten Agam sebagaimana yang telah penulis singgung di atas tadi maka MUI Agam mesti turun untuk mencek kebenaran ini. Kalau iya memang ada mesti cepat diambil tindakan tegas. Kalau mesti wacana perlu tindakan pencegahannya. Tugas mulia ini tentu saja didukung oleh seluruh elemen masyarakat termasuk pemerintah. Sehingga Agam akan terhindar dari adanya mafia-mafia bantuan yang bertopengkan agama dengan maksud-maksud tertentu.***
Tulisan ini Sudah Pernah di Muat di Harian Haluan Sumatera Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar