Selamat Datang

Selamat Datang di Blog Ini Tempat Anda Berbagi Informasi.
Anda bisa Mengambil Data yang ada selagi Mencamtumkan Tempat Pengambilan.

Senin, 08 November 2010

Opini Pergeseran Nilai

PERGESERAN NILAI DAN MASYARAKAT ISLAM
Oleh: Adlan Sanur Th, M.Ag
(Dosen STAIN Bukittinggi)

Pergeseran nilai sosial dan susila di masyarakat pada saat ini semakin lama semakin nampak. Banyak factor atau alasan yang dikemukan para ahli tentang kondisi ini dan salah satunya adalah disebabkan akan arus globalisasi dan informasi. Memang perlu disadari bahwa terjadinya pergeseran nilai tidaklah terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi melalui perjalanan peradaban manusia dari zaman ke zaman. Perubahan dan pergeseran yang telah terjadi saat ini, diakui atau tidak telah mengubah selera hidup atau gaya hidup secara mendasar yang sebahagian besar terbentuk atas pengaruh Barat/Eropah.
Hal ini dapat diperhatikan dalam kegiatan sehari-hari seperti dalam selera musik, pola pesta, mode pakaian, kehidupan, politik, ekonomi, hukum, demokrasi dan sebagainya. Dalam hal berpakaian misalnya kita mulai sulit menemukan pakaian tradisional yang dipakai secara umum karena dianggap tidak praktis dan biasanya pakaian-pakaian tradisional hanya dipakai pada acara-acara tertentu saja atau ada tamu kenegaraan yang datang. Bahkan banyak masyarakat yang lebih barat dari orang barat dari segi berpakaian ini, sehingga kadangkala sulit kita membedakan seseorang dari segi berpakaian ketika kita bertemu dengan masyarakat biasa yang kebarat-baratan.
Pada saat ini pergeseran peradaban secara riil telah mengarah pada westernisasi dan bukan sekedar modernisasi sebagaimana yang diharapkan banyak orang. Westernisasi sendiri saat ini sedang dan telah menuju tatanan global dengan moralitas baru, gaya hidup baru ala barat yang lebih banyak berporoskan kepada Amerika dari pada Eropa membawa arus perubahan yang drastis di trngah-tengah masyarakat.
Sebagai akibatnya pada saat ini sering terjadi konflik peradaban antara peradaban Barat dengan peradaban tradisional lokal dan Islam, dan antar kaum ekstren yang ofensif dengan kaum tradisional dan Muslim. Akibat gencarnya promosi peradaban Barat maka berangsur-angsur masyarakat Islam banyak yang mulai meninggalkan nilai-nilai agama (religius) yang selama ini dipegang dan muncullah gaya hidup baru serta moralitas baru yang sering disebut gaya hidup modern.
Gaya hidup modern sering kali termanifestasikan dalam bentuk perilaku-perilaku yang selalu mengacu kepada mode apapun yang paling mutakhir, baik itu dalam kehidupan pribadi maupun sosial sehingga terkesan semakin banyaknya yang hidup individualistis dan penuh glamour misalnya bahkan banyaknya orang yang berpakaian blue jeans sebagai simbol kebebasan dan pakaian ketat di kalangan perempuan banyak digemari. Untuk menemukan pakaian modern, ketat, dan gaul memang tidaklah sulit ditemukan di masyarakat saat ini.
Merebaknya gaya hidup modern (baru) biasanya terjadi melalui kaum urban di kota-kota besar. Ini terlihat berbondong-bondongnya orang desa untuk pindah ke kota dengan secercah harapan. Orang yang tinggal di kota masih dianggap sejahtera dalam pandangan orang desa. Terjadinya urbanisasi telah berakibat adanya apa yang disebut dengan kotanisasi pedesaan yaitu perubahan perilaku dan gaya hidup yang dibawa dari kota besar kepedesaan tradiosional misalnya terjadi pada saat lebaran-lengkap dengan berbagai atributnya.
Pada saat tertentu mereka pulang kampung dengan penampilan gaya beda, bergaya sebagai seorang kota yang cukup sukses dengan membawa hal-hal yang berbau kota besar (gaya hidup modern) tersebut dengan kemasannya yang lebih menarik telah mampu membawa suasana baru, lebih duniawi, lebih materialistis, lebih agresif dan lebih menarik bagi generasi baru di pedesaan dalam kehidupan masyarakat dibandingkan dengan tradisi lokal ataupun yang dianggap sebagai tradisi Islam semakin ditinggalkan pengikutnya karena dianggap tradisional (kampungan)
Sementara itu reaksi kaum Muslimin terhadap gejala merebaknya nilai-nilai sekuler Barat terpecah kepada dua kelompok besar yang saling bertentangan. Pertama, kelompok yang mengikuti trend peradaban global yang bersumber pada filsafat Barat. Kelompok ini paling banyak menyumbang perkembangan budaya kebebasan tanpa batasan nilai dan mengatakan bahwa peradaban atau sains dan teknologi beserta aplikasi nilainya haruslah bebas. Kelompok tersebut pada saat ini paling banyak menderita batin, karena hidupnya kering dari nilai agama dan terjebak dalam kehidupan penuh glamour dan bersifat kamuflase. Kedua, kelompok yang mencoba melawan dan memberi reaksi terhadap serbuan peradaban Barat yang kadang-kadang penuh semangat dan eksklusif. Kelompok ini mewarnai kehidupan kampus-kampus dan masyarakat kita kita di tanah air sebagai negara dengan mayoritas penduduknya muslim. Mereka umumya terlibat dalam berbagai diskusi yang intens tentang masalah-masalah ke-Islam-an.
Sebagai akibatnya adanya dua kelompok yang bertentangan tersebut, maka terjadilah tarik menarik antara yang pro dan kontra dalam memandang atau menaggapi apa yang dimaksud dengan gaya hidup modern. Walaupun ada yang bersikap sedikit toleran untuk menanggapi atau memberikan respon terhadap nilai-nilai yang datang dari barat dengan memakan prinsip ”mengambil yang baik dari yang datang tanpa meninggalkan yang tradisi lama.
Selain dua kelompok yang terbagi di atas juga ada dua kelompok lagi yaitu masyarakat modernis dan tradisionalis semakin nyata dan semakin terlihat. Pada kenyataannya memang antara kelonpok yang menolak dan menerima serta bersikap toleran sulit untuk kita lihat aplikasinya di dalam pergaulan dan gaya hidup pada masa ini. Indonesia yang mayoritas Muslim penduduknya setidaknya mesti punya solusi konkrit dalam menghadapi pergeseran nilai yang muncul kahir-akhir ini. Kita sangat riskan dan prihatian dengan pergaulan bebsa, gaya hidup yang glamour serta khayalan hidup di kota. Bukankah dalam Islam tidak pernah membedakan antara orang kota dengan orang desa pakaian Modernis dan tradisionalis tapi yang sangat penting adalah ketaqwaan seseorang. Wallahu a’lam.***
Tulisan Sudah Pernah di Muat di Harian Singgalang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar