Selamat Datang

Selamat Datang di Blog Ini Tempat Anda Berbagi Informasi.
Anda bisa Mengambil Data yang ada selagi Mencamtumkan Tempat Pengambilan.

Rabu, 10 November 2010

Artikel Paradigma 2

Paradigma Pembelajaran
Oleh: Adlan Sanur Th*

Secara alamiah orang tak akan pernah berhenti untuk belajar. Dimana memang pendidikan sangat dipentingkan bagi siapapun. Banyak hal yang mendorong seseorang untuk selalu belajar, termasuk didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Coba dan salah, emosi menyertai pengalaman, akal merenungkan dan kadang sampai pada kesimpulan adalah merupakan proses belajar seseorang. Memang tidak semua orang mau belajar dari pengalamannya. Hanya orang yang mampu menstrukturkan pengalamannyalah kemudian orang yang bisa belajar dari pengalaman. Apalagi merubah paradigma yang sudah tertanam selama ini. Dengan dalih sudah berpengalaman, senior dan matang dalam proses pembelajaran menambah deretan alasan untuk mau mengadakan perubahan pola pembelajaran. Seorang Guru susah sekali untuk mau pindah dan menguji metoda dalam belajar.
Pada awalnya, pengetahuan tentang pendidikan (belajar) banyak diambil dari studi-studi yang dilakukan terhadap anak-anak dan hewan dalam belajar. Dari sini lahirlah istilah “paedagogi” yang berasal dari kata dalam bahasa Yunani “paid” yang berarti anak-anak, dan “agogos” yang berarti memimpin. Dengan demikian, paedagogi secara khusus diartikan sebagai seni mengajar anak-anak. Namun pada perkembangannya, istilah paedagogi sering diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar/mendidik secara umum.
Sedangkan subyek pendidikan yang dihadapi bagi yang mengajar orang dewasa yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak dalam belajar, maka metode belajar yang diterapkan pada orang dewasa hendaknya membantu mereka untuk belajar. Pendekatan ini kemudian disebut dengan “andragogi” yang berasal dari kata “andra” yang berarti orang dewasa. Istilah tersebut pertama kali dicetuskan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan teori pendidikan dari Plato.
Apabila diadakan studi komparatif antara dua pendekatan tersebut memang terlihat perbedaan mendasar akan metoda belajar antara andragogi dan paedagogi. Dalam Paedagogi, inisiatif, persiapan dan pelaksanaan proses berpusat pada guru. Sedangkan murid terkesan pasif, menerima petunjuk, melaksanakan aturan dan memelihara nilai-nilai dan kebudayaan serta pemikiran suapan. Dalam andragogi, inisiatif mulai dari guru, tetapi persiapan dan pelaksanaan proses berpusat pada kebutuhan murid. Guru ikut serta menjadi warga belajar dan memfasilitasi warga belajar. Murid terkesan aktif, mencari, bahkan mengubah kesadarannya sebagai manusia yang bermartabat dan punya hak menentukan masa depannya. Oleh karena itu metode ini dianggap sebagai metode penyadaran, metode emansipatori (pembebasan).
Dalam perkembangannya, muncul berbagai kritik mengenai andragogi sebagai sebuah teori belajar. Kritikan yang muncul sering bermuara pada keraguan apakah andragogi hanya untuk orang dewasa, ataukah untuk manusia secara umum. Munculnya kritik-kritik tersebut pada akhirnya mengarahkan para pemikir masalah pendidikan untuk tidak mempertentangkan antara andragogi dengan paedagogi. Sebagian ahli mencoba menggolongkannya sebagai teori belajar partisipatif dan teori belajar non-partisipatif. Ada juga yang mencoba mengklasifikasikan masalah tersebut dan pendidikan yang berpusat peserta dan pendidikan yang berpusat pada isi (materi belajar). Ada lagi yang mengklassifikasikannya dengan pembelajaran aktif (active learning) dan pembelajaran pasif (passive learning).
Walaupun penulis yakin bahwa dua pendekatan tadi sudah lama sekali dikenal oleh para guru yang ada di Bukittinggi baik melalui pengalaman tenaga pendidik yang digunakan waktu belajar maupun melalui pelatihan. Hal ini terlihat dari hasil prestasi yang dicapai kota Bukittinggi sebagai kota pendidikan yang mendapat nomor wahid di Sumatera Barat. Walaupun metode/ pendekatan dalam belajar banyak sekali namun bila dua pendekatan tadi belum dipraktekkan bahkan tidak dikenal bagi guru di kota Bukittinggi alangkah mirisnya hati kita melihat hal tersebut. Tentu ini tugas bagi yang berkaitan dengan persoalan pendidikan di kota Bukittinggi untuk lebih banyak memberikan bekal dan kesempatan kepada guru yang ada di kota Bukittinggi untuk mendapatkan banyak hal yang berkaitan dengan Proses Belajar Mengajar (PBM).***
Tulisan ini Sudah Pernah di Muat di Harian Haluan Sumatera Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar