Selamat Datang

Selamat Datang di Blog Ini Tempat Anda Berbagi Informasi.
Anda bisa Mengambil Data yang ada selagi Mencamtumkan Tempat Pengambilan.

Selasa, 09 November 2010

Opini Kemiskinan 2

SOLUSI ISLAM DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN
Oleh: Adlan Sanur Th, M.Ag
(Dosen STAIN Bukittinggi)

Islam sebenarnya mampu untuk menggarami (meminjam istilah buya Syafi’i Ma’arif) terhadap kehidupan bangsa Indonesia dengan nilai nilai Islam yang handal dan berkualitas tinggi. Agama Islam juga bisa memberikan solusi alternatif akan berbagai persoalan yang sudah teramat tinggi bagi bangsa ini. Seperti persoalan kemiskinan yang tidak pernah habis-habisnya juga Islam, bahkan al-Qur’an memberikan pandangan dalam hal ini.
Hal yang terpenting dilakukan saat ini adalah untuk kembali membangkitkan peradaban dan kejayaan Islam yang telah lama terpuruk. Keterpurukan peradaban Islam meskipun disebabkan pula oleh faktor-faktor eksternal, tetapi sebenarnya sebab utamanya adalah karena kesalahan umat Islam sendiri. Umat Islam cenderung semakin tidak konsisten dengan ajarannya. Ajaran Islam yang oleh Rasulullah dikatakan : “Al-Islamu ya’lu wala yu’la ‘alaihi” (HR Daruquthni dan Al-Baihaqi), hanyalah tinggal slogan saja.
Akan tetapi, ketingian dan keluhuran ajaran Islam itu dapat diketahui dan diakui masyarakat dunia bila umat Islam mempraktekkan ajaran Islam dengan baik. Yang terjadi justru keluhuran Islam ditutupi oleh kejahilan dan kebodohan umat Islam yang tidak mengamalkan ajarannya dengan baik, sehingga Muhammad Abduh mengungkapkan: “ Al-Islamu mahjubun bil Muslimin” (Keluhuran Islam ditutupi oleh orang-orang Islam).
Oleh karena itu, umat Islam ditantang kembali untuk bisa meraih kejayaan Islam yang telah lepas dari tangannya. Tidak ada upaya lain kecuali umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam, dengan mengamalkan dan menjadikannya sebagai spirit dalam menjalani kehidupan. Sebab kembali ke al-Qur’an dan memandang agama Islam sebagai rujukan dan pedoman dasar merupakan modal awal untuk kembali bangkit.
Umat Islam di Indonesia yang merupakan jumlah terbesar umat Islam di seluruh dunia sebenarnya sangat diharapkan bisa membawa semangat kembali ke Islam dan kejayaan Islam. Saat ini muncul semangat di kalangan umat Islam untuk bangkit dalam berbagai bidang. Sayangnya semangat ini masih sekedar wacana yang belum bisa mencerminkan spirit Islam dalam arti yang sesungguhnya. Indonesia masih belum bisa menjadi sebuah negara dan masyarakat muslim yang bisa diteladani. Korupsi masih menjadi budaya yang sulit dihapuskan. Kerusakan lingkungan terjadi dimana-mana. Umat masih menjadi negara dan bangsa yang salah urus. Sebuah cerminan bangsa yang dulunya hampir 90% penduduknya muslim.
Keadaan ini tentu menjadi keprihatinan bersama, tetapi bukan berarti menyebabkan kita berputus asa. Maka mulailah perubahan dari diri sendiri, yaitu berusaha menjadi seorang muslim yang baik. Insya Allah kebaikan itu akan menebar kepada lingkungan dan berdampak bagi perubahan negara dan bangsa.
Islam sering mendapat citra negatif dari kemiskinan. Bahkan sering dituding sebagai penyebab kemiskinan. Padahal Islam sebagai sebuah risalah paripurna dan ideologi hidup sangat memperhatikan masalah kemiskinan. Bahkan kemiskinan dipandang sebagai salah satu ancaman terbesar bagi keimanan (QS 2: 268).
Islam memandang bahwa kemiskinan sepenuhnya adalah masalah struktural karena Allah telah menjamin rizki setiap makhluk yang telah, sedang, dan akan diciptakan-Nya (QS 30:40; QS 11:6). Setiap makhluk memiliki rizki masing-masing (QS 29:60) dan mereka tidak akan kelaparan (QS 20: 118-119). Di
saat yang sama Islam telah menutup peluang bagi kemiskinan kultural dengan memberi kewajiban mencari nafkah bagi setiap individu (QS 67:15).Inilah beberapa contoh nash yang justru agama Islam sudah lebih dulu memberikan respon terhadap persoalan keemiskinan.
Kebijakan Umar bin Abdul Aziz ketika menghadapai kegagalan sewindu pemerintahan pasca reformasi untuk melakukan transformasi ekonomi secara cepat yang dapat mengurangi jumlah kemiskinan adalah contoh kebijakan yang tepat. Agaknya pemimpin-pemimpin Indonesia (baca umat Islam) perlu belajar bagaimana Umar bin Abdul Aziz dalam masa kekhalifahan beliau yang singkat (2 tahun 5 bulan) bisa menjalankan kerja besar meredusir kemiskinan bahkan mengentaskan kemiskinan.
Menurut seorang peneliti Monzer Kahf, setidaknya ada tiga faktor penting yang menyebabkan surplus zakat sebagai penanda terentaskannya kemiskinan dalam masyarakat muslim periode tersebut. Pertama, terjadi penambahan kekayaan masyarakat dari redistribusi aset dan kemakmuran internal yang sebagian besar disebabkan oleh perbesaran pasar dan meningkatnya keamanan.
Peningkatan kekayaan masyarakat miskin terutama dimulai dari kebijakan redistribusi aset yang dilakukan secara besar-besaran dari kekayaan keluarga khalifah dan pejabat yang diperoleh secara tidak sah. Kekayaan keluarga khalifah dan pejabat yang terindikasi diperoleh secara tidak sah terutama elalui korupsi dan kolusi segera diambil alih oleh pemerintah dan dikembalikan kepada masyarakat.
Maka kalau disigi lebih jauh Islam dan sejarah Islam juga telah memberikan solusi cantik dalam persoalan kemiskinan. Perubahan dan era kebangkitan Islam sudah seharusnya diwujudkan dalam bentuk nyata yang dimulai oleh umat Islam itu sendiri. ***
@Tulisan ini Sebahagian Sudah Pernah di Muat di Harian Singgalang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar