Selamat Datang

Selamat Datang di Blog Ini Tempat Anda Berbagi Informasi.
Anda bisa Mengambil Data yang ada selagi Mencamtumkan Tempat Pengambilan.

Senin, 08 November 2010

Komentar Aliran Sesat

Mewaspadai Aliran Sesat dalam Islam
Oleh: Adlan Sanur Th, M.Ag
(Dosen Pemikiran Islam STAIN Bukittinggi)
Aliran sesat bukanlah hal yang baru dalam dunia Islam. Sejak zaman Rasulullah sudah muncul orang yang mengaku sebagai Nabi. Embrio dan cikal bakal kelompok sesat ini juga berlanjut pada masa sesudah Nabi dan hingga saat ini selalu saja ada.
Memang hingga hari ini, tetap saja sebahagian umat Muslim mengklaim sebagai yang “paling Islam”, mengaku diri sebagai yang “paling benar” (truth claim) dengan prilaku dan tafsir atas teks-teks agama yang kadang-kadang “aneh’ dan tidak masuk akal. Mereka bahkan telah menjadi semacam agen kebenaran yang berfungsi sebagai makelar surga dan neraka.
Di sisi lain banyak pula orang yang merasa dirinya telah kembali kepada al-Qur,an dan Sunnah Nabi secara konsekuen, tetapi tanpa disadari telah terjebak ke dalam penyimpangan agama. Baik penyimpangan yang dilakukan oleh kaum ekstrem yang memanipulasi agama dan juga dikarenakan penafsiran yang jahil (bodoh) terhadap nash-nash agama.
Penyimpangan kaum ekstrem dimaksud adalah sekelompok orang yang berlebih-lebihan dalam bersikap. Baik cenderung ke kiri-kirian atau bahkan sangat kanan dalam memahami Islam. Kelompok ekstrem selalu menunjukkan sikap yang keras, mudah menjatuhkan sanksi, merasa benar sendiri, menolak kebenaran yang datangnya dari pihak lain dan menanggap orang lain belum benar imannya. Mereka menuduh orang lain banyak dosanya bahkan halal darahnya. Yang paling mengerikan di antara sikap mereka adalah menuduh orang lain dengan tudingan kafir, musyrik, munafik dan fasik.
Dari kegiatan penyimpangan ini akan memunculkan orang-orang yang memanipulasi agama. Mengada-adakan ajaran atas nama Islam, padahal tidak ada dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Mengutip buku yang ditulis oleh Nanih Machendrawati dengan judul ” Pengembangan Masyarakat Islam” mengatakan ada tiga kelompok yang dikategorikan dengan orang yang memanipulator agama. Pertama, orang-orang yang pura-pura beriman yang senantiasa berupaya menanamkan keraguan ke dalam hati kaum Muslimin. Kedua, kelompok yang membuat ajaran ”aneh”, yang tidak ada rujukan dari sumber otentik dan tidak bisa diterima rasional. Hanya untuk mencari kesenangan dan menarik simpati orang banyak. Ketiga, kelompok yang mengarang-ngarang ajaran yang menurut mereka semata-mata karena Allah. Menjadikan aliran yang mereka muncul dengan justifikasi Allah walaupun hanya kamuflase belaka.
Munculnya penyimpangan dan manipulasi agama tersebut juga dikarenakan kesalahan dalam menafsirkan dan memahami ayat-ayat Allah. Ada orang-kelompok/aliran- yang menyukai popularitas sehingga ide dan gagasannya selalui dibumbui dengan ayat-ayat dan hadis-hadis yang sebenarnya sudah diplesetkan. Seolah-olah tafsirannya terhadap ayat dan hadis tersebut merupakan penafsiran yang sesuia dengan al-Qur’an dan Hadis. Ada juga yang mereka yang benar-benar sempit pengetahuannya dan dangkal wawasan keagamaannya. Pemahamannya yang terlampau minimal menyebabkan penafsirannya tidak memadai kalau tidak dikatakan menyalahi.
Dari penyimpangan dan manipulasi agama serta berlanjut pada penafsiran ayat-ayat dengan kebodohan pada praktiknya mewujudkan sebuah fenomena beragama yang disebut orang dengan aliran atau kelompok sesat. Walaupun soal sesat mengsesatkan bukanlah persoalan yang mudah namun setidaknya standar yang digunakan untuk melihat sebuah kelompok sesat atau tidak, kriteria yang dipakai adalah dari al-Qur’an dan Sunnah.
Lalu bagaimana mewaspadai timbulnya aliran baru kalaupun tidak dikatakan sesat. Hal inilah yang perlu dipikirkan secara bersama-sama oleh umat Islam di Indonesia ini. Sebagai bangsa yang mayoritas Muslim hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Di tambah lagi di saat persoalan dan kondisi bangsa yang sedang tidak menentu. Masyarakat yang sedang menjerit kelaparan akibat kemiskinan. Pada saat yang sama adanya sodoran-sodoran aliran baru yang memberikan way out dari kondisinya walaupun hanya untuk kebutuhan sesaat.
Di sinilah perlunya pencerdasan beragama dengan memberi pemahaman yang benar mengenai ajaran Islam. Keteguhan untuk memegang erat-erat aqidah yang mendarah daging sebagai barang yang berharga. Memang tidak semudah membalik telapak tangan karena persoalan orang untuk mengikuti aliran/kelompok baru (baca sesat), bukanlah hanya persoalan materi bisa saja persoalan kehausan spritual yang selama ini tidak didapatkan dari kelompok/aliran lama yang dipegang.
Munculnya aliran sesat dalam Islam juga motif dan corak yang beragam. Namun bagaimana seluruh komponen bangsa ini tanpa terkecuali lembaga sosial keagamaan, para muballigh dan pemerintah bersama-sama mengadakan pemberantasan terhadap aliran sesat dan mengadakan tindakan prventif dengan selalu membekali keluarganya dengan nilai-nilai agama Islam. Perlu sosialisasi yang utuh terhadap masyarakat apa yang dikatakan sebuah kelompok atau aliran itu sesat. Karena bagaimanapun untuk memberikan cap kepada sebuah lembaga itu sesat butuh kajian yang mendalam. Allahua’lam.***
Tulisan sudah Pernah di Muat di Harian Singgalang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar