Selamat Datang

Selamat Datang di Blog Ini Tempat Anda Berbagi Informasi.
Anda bisa Mengambil Data yang ada selagi Mencamtumkan Tempat Pengambilan.

Rabu, 10 November 2010

Artikel Manuggal Sakato

Manunggal Sakato Bukittinggi Masihkah?
Adlan Sanur Th


Manunggal sakato merupakan salah satu perwujudan filosofi dari sifat kegotongroyongan dan saling membantu dari masyarakat Minangkabau. Selain sebagai ajang silaturrahim antar warga sekaligus untuk memberikan kesempatan kepada warga masyarakat berpartisipasi dan ikut serta dalam pembangunan di daerahnya masing-masing. Tradisi masyarakat yang selalu tolong menolong diwejantahkan dengan membangun infra struktur masyarakat dengan dana pancingan yang disediakan pemerintah. Bahkan beberapa lokasi yang belum tersentuh pembangunan atau jalan di buka. Bangunan untuk kegiatan masayadan diundang untuk ikut serta berpartisipasi manunggal sakato.
Manunggal sakto telah berlangsung dan selesai dilaksanakan dikota Bukittinggi yang tersebar di kelurahan yang ada di kota Bukittinggi. Beberapa kegiatan pembangunan telah dilaksanakan. Masyarakat sebahagiannya sudah menyisihkan waktu untuk ikut bersama-sama masyarakat lainnya secara ikhlas memberikan sumbangan baik tenaga maupun harta benda untuk susksesnya pelaksanaan manunggal sakato di kota Bukitinggi.
Para ibu-ibu yang ada di kelurahan juga tidak ketinggalan dimintakan sumbangannya berupa makanan ringan dan nasi. Bahkan ada yang memberikan langsung sumbangan konsumsi ini tanpa diminta. Tidak hanya itu ada juga warga yang menyumbang berbentu bahan seperti semen, pasir dan macam-macam lainnya dalam rangka berpartisipasi aktif untuk kegiatan manunggal sakato tersebut.
Akan tetapi pertanyaan yang selalu menggelitik dan tanda tanya besar bagi penulis (sebagai salah seorang peserta manunggal sakato) adalah masihkah manunggal sakato ini dibutuhkan oleh warga masyarakat kota Bukittinggi? Apakah masyarakat mesti selalu dikoordinir untuk bergotongroyong? Jawabannya bias iya sangat dibutuhkan dan bisa saja tidak lagi dibutuhkan. Kata orang tergantung dari sudut pandang mana melihatnya dan kacamata apa yang dipakai untuk meneropong persoalan ini.
Bagi penulis tergantung evaluasi dan acuan standar yang ditetapkan oleh pemerintah kota Bukittinggi untuk mengukur tingkat keperluan dan kebutuhan masyarakat kota Bukittinggi akan manunggal sakato tersebut. Kalau hanya untuk menghabiskan anggaran sedangkan lahan yang mesti dikerjakan sudah dikerjakan oleh dinas lain katakanlah seperti PU serta partisipasi masyarakat sangat rendah dengan melihat absen kehadiran masyarakat dan tidak adanya lagi permintaan masyarakat tentang hal yang mesti dimanunggalkan atau sudah dikerjakan secara bergotongroyong oleh masyarakat di luar waktu manunggal maka manunggal ini mesti dievaluasi apakah akan diadakan tahun depan atau tidak.
Tapi bila memang manunggal ini dirasakan memberikan nilai tambah yang positif bagi masyarakat kota Bukittinggi tentunya hal ini mesti dipertahankan dan bahkan volume waktunya mesti ditambah. Sehingga sikap indivindualistis yang sedang menggerogoti masyarakat mulai hilang dengan adanya pangilan untuk ikt manunggal sakato. Semoga manunggal selesai tanpa ada evaluasi tentang tingkat keberhasilan yang dirasakan masyarakat. ***
Tulisan ini Sudah Pernah di Muat di Harian Haluan Sumatera Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar