Selamat Datang

Selamat Datang di Blog Ini Tempat Anda Berbagi Informasi.
Anda bisa Mengambil Data yang ada selagi Mencamtumkan Tempat Pengambilan.

Rabu, 10 November 2010

Artikel Pemimpin Bijaksana

Pemimpin yang Bijaksana
Oleh: Adlan Sanur Th
Mengangkat pemimpin dalam Islam merupakan wajib syar’i. Hal ini terlihat dari terdapatnya perintah al-Qur’an dan al-Hadis untuk patuh terhadap pemimpin dan kewajiban mengangkat pemimpin dalam setiap situasi dan kondisi apapun. Bahkan lebih jauh, Islam juga telah meletakkan pondasi terhadap mekanisme atau proses pemilihan pemimpin. Ini terlihat dari kepemimpinan pasca nabi (baca sahabat), dengan adanya model pemilihan langsung, sistem formateur, penunjukan dan wasiat. Kriteria dan persyaratan menjadi pemimpin juga telah dirumuskan oleh para pemikir Islam dengan melihat dari al-Qur’an dan al-Hadis. Pemimpin yang akan diangkat jadi pemimpin tersebut mesti taat kepada Allah, beriman, jujur, amanah, adil, berilmu pengetahuan, tidak bodoh termasuk juga bijaksana serta persyaratan lainnya seperti sehat jasmani dan rohani.
Setelah terpilihnya seorang pemimpin dengan berbagai sebutan yang dipakaikan kepadanya tergantung dalam bidang dan profesi masing-masing yang akan dilakukan seperti presiden, amir, imam, direktur, ketua, manager, rektor, bupati, walikota, gubernur dan lain sebagainya, maka sudah tentu ia juga akan mengangkat bagian-bagian lain seperti wakil, pembantu, menteri, asisten, sekretaris dan lain bidang lain. Semua yang diminta tolongkan untuk membantunya tentu mesti siap untuk satu visi dan misi dalam menyukseskan kepemimpinannya. Siap sebagai satu tim yang solid yang tidak ada niat sedikitpun untuk mengdongkek dari belakang.
Seorang menteri sebagai pembantu presiden mesti dalam menjalankan tugas dan fungsinya tetap berkoordinasi dengan presiden sebagai atasan di atasnya bahkan hal ini juga sampai pada level terendah seperti ketua RT/RW. Apalagi seorang pembantu namanya seperti pembantu ketua atau pembantu rektor dalam perguruan tinggi. Dimana namanya saja pembantu yang dalam bahasa sehari-hari dipanggil jongos/khadim sudah tentu tugas dan fungsinya mesti tetap di bawah kendali sang ketua dan mesti merasa bahwa wewenang dan kebijakannya tetap ada pada ketua. Inilah salah satu bedanya dengan wakil yang wewenang dan kebijakannya agak sedikit lebih banyak dari pembantu. Wakil ketua punya kewenanngan untuk mengambil kebijakan dalam bidangnya masing-masing.
Memang menjadi pemimpin sangat dibutuhkan kearifan dan kebijaksanaan. Menjadi orang yang bijak dalam menarik kesimpulan serta dalam membuat program kerja merupakan pekerjaan yang tersulit dalam kepemimpinan. Apalagi memimpin masyarakat dalam jumlah yang banyak seperti jadi presiden, gubernur dan pemimpin publik lainnya. Rambut sama hitamnya namun isi kepala berbeda-beda dalam artian masing-masing orang punya pendapat berbeda satu sama lain. Sementara kepala pemimpin hanya satu untuk menyatukan dengan kepala yang akan dipimpinnya. Pemimpin mesti berpandai-pandai. Bahkan yang lebih pahitnya, dimana saatnya pemimpin mesti marah dan tegas, maka pada saat tersebut ia mesti marah dan tegas. Bila tidak perlu marah maka ia mesti tidak marah pula.
Ada saatnya mesti ia jujur kepada orang lain atau masyarakat yang dipimpinnya dan mengatakan apa adanya terhadap situasi dan kondisi. Seperti yang dilakukan presiden SBY baru-baru tentang kondisi bangsa kita. Walaupun apa yang beliau sampaikan pahit sama sekali tetapi itulah kenyataan yang ada. Namun bukan berarti pemimpin mesti menyampaikan semua tetap saja ada bilik ketek dan bilik gadang. Tapi jangan sekali-kali pemimpin mengadakan dari bilik ketek adapula bilik ketek sesudahnya. Ini akan mengakibatkan akan ketidak harmonisan di antara bawahannya.
Semoga setiap individu manusia yang ada di muka bumi ini merasa bahwa dirinya juga pemimpin minimal pemimpin terhadap dirinya sendiri. Setiap pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinannya. Sudah saatnya kita menginginkan pemimpin yang bijaksana yang mampu tahu dengan situasi dan kondisi yang dipimpinnya. Kalau di sigi ke kota Bukittinggi maka pertanyaanya yang muncul sudahkah pemeimpin-pemin yang ada di kota Bukittinggi berada pada kepemimpinan yang bijaksana. Semoga.***
Tulisan ini Sudah Pernah di Muat di Harian Haluan Sumatera Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar